Dedak
Padi
Dedak padi merupakan hasil samping
penggilingan padi. Ketersediaannya sepanjang tahun berfluktuasi. Kondisi ini
disebabkan karena dedak padi pada musim panen melimpah, sebaliknya pada musim
kemarau berkurang. Selain itu dedak padi tidak dapat disimpan lama. Keadaan
ini disebabkan karena ketidakstabilan dedak padi selama penyimpanan.
Ketidakstabilan ini disebabkan karena aktifitas enzim. Aktifitas enzim ini
dapat menyebabkan kerusakan atau ketengikan oksidatif pada komponen minyak
yang ada dalam dedak padi. Suatu teknologi penyimpanan dedak padi dengan cara
fermentasi anaerob dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di
atas. Teknologi ini dapat memperpanjang waktu simpan dedak padi. Selain itu,
teknologi ini dapat menurunkan kandungan asam fitat dedak padi sehingga
penggunaannya dapat lebih maksimal dalam ransum. Asam fitat ini mampu
berikatan dengan mineral, protein dan pati membentuk garam atau senyawa
komplek, seperti: fitat-mineral, fitat-protein, fitat mineral protein dan
fitat-mineral-protein-pati sehingga mineral, protein dan pati yang terkandung
dalam ransum tidak dapat optimal digunakan oleh ternak. Irianingrum (2009)
melaporkan bahwa perlakuan fermentasi dan lama penyimpanan dapat menurunkan
kandungan asam fitat dari 6,70% menjadi 2,07% dan meningkatkan nilai
Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dari 63,06% menjadi 69,72%. Dedak yang
telah difermentasi dapat disimpan dalam waktu 4 bulan (Maragi, 2010).
Fermentasi
Fermentasi merupakan proses
pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana dengan melibatkan
mikroorganisme. Tujuan fermentasi adalah untuk meningkatkan kandungan nutrisi
suatu produk sehingga menjadi lebih baik. Selain itu juga untuk menurunkan
zat anti nutrisi.
Medium fermentasi dapat dibagi
tiga:
a. Medium padat: medium tdk larut,
tetapi cukup lembab utk keperluan mikrobia (KA 12–60 %).
b. Medium semi padat: medium tdk
larut, kelembaban cukup (KA 65 –80 %).
c. Medium cair: medium cair
substrat larut dan atau tak larut (KA > 80 %) (Pujaningsih, 2005).
Teknologi fermentasi anaerob yang
digunakan pada pengawetan dedak padi dapat memanfaatkan starter bakteri asam
laktat (BAL). Penambahan bakteri asam laktat ini akan mempercepat proses
fermentasi.
Bakteri
Asam Laktat (BAL)
Bakteri asam laktat (BAL) adalah
bakteri anaerob fakultatif yang dapat hidup pada tanaman, saluran pencernaan
hewan maupun manusia. Bakteri ini tidak bersifat patogen dan aman bagi
kesehatan sehingga sering digunakan dalam industri pengawetan makanan dan
minuman (Hardiningsih et al., 2006), seperti: yogurt, minuman fermentasi,
mentega fermentasi, keju, saos, kedelai dan sake (Januarsyah, 2007). Bakteri
asam laktat dapat menjaga mutu makanan karena dapat mengendalikan pertumbuhan
bakteri pengganggu dan pembusuk dengan memproduksi asam organik, hidrogen peroksida,
diasetil dan bakteriosin. Bakteriosin merupakan suatu senyawa protein yang
memiliki sifat bakterisidal terhadap bakteri gram positif dan gram negatif.
Bakteriosin aman digunakan sebagai pengawet makanan karena dapat didegradasi
oleh enzim protease yang terdapat dalam tubuh hewan maupun manusia.
Bakteri asam laktat, baik yang
bersifat homofermentatif maupun heterofermentatif memanfaatkan substrat yang
tersedia pada lingkungannya dengan hasil akhir berupa energi dan asam-asam
lemah, seperti: asam laktat, asam asetat serta CO2. Keberadaan asam laktat
sebagai produk metabolisme dapat bersifat sebagai salah satu faktor
penghambat bagi pertumbuhan mikroorganisme lain yang bersifat tidak baik
(Lunggani, 2007). Bakteri asam laktat mempunyai kemampuan membinasakan
bakteri saluran pencernaan yang patogen karena menghasilkan D, L atau DL asam
laktat yang terfermentasi (Huis in’t Veld et al., 1994).
Asam laktat yang dihasilkan selama
proses fermentasi akan berperan sebagai zat pengawet sehingga dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Bakteri asam laktat secara
alami ada di tanaman s€hingga dapat secara otomatis berperan pada saat fermentasi,,
tetapi untuk mengoptimumkan fase ensilase dianjurkan untuk melakukan
penambahan aditif, seperti inokulum bakteri asam laktat dan aditif lainnya
untuk menjamin berlangsungnya fermentasi asam lakat yang sempuma (Ridwan et
al., 2005).
Starter
Starter adalah populasi mikroba
dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap diinokulasikan pada media
fermentasi. Media starter biasanya identik dengan media fermentasi. Media ini
diinokulasi dengan biakan murni dari agar miring yang masih segar. Volume
starter disesuaikan dengan volume media fermentasi yang akan disiapkan.
Dianjurkan volume starter tidak kurang dari 5% dari volume media yang akan
difermentasi. Pemakaian starter yang terlalu banyak tidak dianjurkan karena
tidak ekonomis.
Pembuatan
Dedak Padi Fermentasi
Dedak padi yang akan diawetkan
adalah dedak padi yang masih baru dan segar. Dedak padi selanjutnya ditambah
air (50% dari berat dedak padi [v/w]). Air yang ditambahkan sebelumnya
dicampur terlebih dahulu dengan molases (3% dari berat dedak padi). Molases
merupakan hasil samping industri tebu yang masih mengandung gula cukup tinggi
terutama sukrosa (34%). Dedak padi yang telah ditambah air diaduk-aduk sampai
merata, selanjutnya dimasukkan drum atau kantong plastik dan ditutup
rapat-rapat. Dedak padi yang sudak dimasukkan drum atau plastik selanjutnya
difermentasi selama 2 bulan pada suhu kamar (Balitnak, 2010). Apabila dalam
pembuatan dedak padi fermentasi molases sukar diperoleh, maka molases dapat
diganti dengan gula pasir.
Oleh DR. Agung Prabowo, SPt, MP
|
Jual dan Beli kambing domba daerah Medan dan Sekitarnya
Hubungi kami : 0813 702 04 175
Rabu, 16 Januari 2013
Pengawetan Dedak Padi dengan Cara Fermentasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar