|
Written by Mang Kabayan
|
|
Bekatul atau dedak halus sudah
lama dipakai sebagai campuran pakan ternak seperti bungkil jagung dan
kedelai. Selain harganya murah, Rp1.200 - Rp1.500/kg, kadar protein yang
dikandung kulit bulir padi itu cukup tinggi mencapai 10 - 12%. 'Pemakaian
bekatul mencapai 20 - 30% dari total pakan,' kata Sobri. Sayangnya, bekatul
mudah tengik karena memiliki ikatan asam lemak tidak jenuh.
Kelemahan lain, bekatul mengandung
asam fitat. Asam ini merupakan zat antinutrisi yang mampu berikatan dengan
protein dan mineral seperti Ca, P, Fe, Zn, dan Mg. 'Asam fitat sulit larut di
air dan tahan panas. Sebab itu bekatul sulit dicerna,' kata Sobri yang
merangkap dosen peternakan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa
Timur.
Enzim fitase
Asam fitat di bekatul memang dapat
menghambat pertumbuhan. Terikatnya fosfor, misalnya, mengganggu pertumbuhan
tulang dan kenaikan bobot tubuh ayam. Menurut Ir A rnold P Sinurat, MS. PhD,
peneliti utama Balai Penelitian Ternak (Balitnak) di Ciawi, Bogor, ayam perlu
0,4 - 0,5% fosfor di dalam pakan. Jumlah fosfor merosot karena terikat asam
fitat. 'Fosfor yang tersedia hanya 0,25%,' kata Arnold. Sebab itu dibutuhkan
enzim fitase untuk meningkatkan kadar fosfor.
Enzim fitase memecah asam fitat
menjadi lebih sederhana. Pada hewan ruminansia, enzim fitase diproduksi oleh
rumen. Berbeda dengan keluarga monogastrik alias lambung tunggal seperti
keluarga unggas, enzim fitase yang dihasilkan sedikit.
Enzim fitase dapat diproduksi
melalui fermentasi. Adalah Sujono yang menfermentasi bekatul sejak 2001.
Sujono memakai kapang tempe Rhizophus oligosporus yang mudah diperoleh
sebanyak 2%. Itu terbukti mampu memecah asam fitat menjadi asam lemak tak
jenuh. Saat itu karbohidrat, lemak, dan protein terhidrolisis menjadi senyawa
sederhana.
Dalam bekatul terfermentasi pun
terdapat asam lemak tidak jenuh tunggal dan majemuk, antioksidan faktor 2,
serta enzim superoksida dismutase. Selain itu vitamin B dan asam amino
meningkat. Asam amino, misalnya, naik dari 7,36% menjadi 12,37% dan protein
dari 12,09% menjadi 18,82%. Ujungnya proses metabolisme kian lancar dan
pertumbuhan optimal.
Rendah kolesterol
Berdasarkan pengamatan Sujono
porsi bekatul fermentasi sebagai campuran pakan dapat ditingkatkan sampai
40%. Ini menguntungkan peternak karena menghemat biaya pakan. Ongkos
fermentasi bekatul Rp150 - Rp200/kg. 'Ini masih lebih irit Rp200/kg dari
total ransum,' tutur Sobri. Nilai itu dihitung dari harga pakan yang terus
meningkat: jagung Rp2.500 - Rp3.000/kg dan kedelai Rp5.600/kg.
Bekatul fermentasi memiliki
keistimewaan lain, yakni menurunkan kolesterol daging dari 54,44 mg menjadi
29,59 mg. Begitu pula kolesterol telur, turun menjadi 196,49 mg/100 g bahan
kering dari 252,07 mg/100 g bahan kering. Itu artinya, daging dan telur ayam
broiler sehat dikonsumsi.
Tak hanya bekatul, bahan lain
seperti solid heavy phase (SHP) dari limbah cair sawit, singkong, daun
singkong, onggok, kelapa, ampas sagu, dan biji kopi, bisa difermentasi untuk
campuran pakan. Itu dilakukan Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi,
Bogor. Pada 2007 balai itu memperkenalkan fermentasi SHP sebagai pengganti
25% jagung. Mikroba yang dipakai sangat adaptif, mudah berbiak, dan tidak
menghasilkan racun.
Proses fermentasi menunjukkan
terjadinya penurunan serat kasar, peningkatan protein, asam amino, dan energi
metabolisme. Dengan memfermentasi bahan-bahan campuran pakan, seperti bekatul
dan SHP, peternak memperoleh banyak keuntungan. (Lastioro Anmi Tambunan)
Bekatul Fermentasi Genjot Bobot
Ayam Oleh trubusid_admindb Kamis, Oktober 01, 2009 19:38:40
BUKAN TANPA SEBAB MUHAMMAD SOBRI
MENCAMPUR BEKATUL FERMENTASI PADA PAKAN AYAM. SEJAK MENERAPKAN PENEMUAN PROF
DR SUJONO, MKES DARI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG, BOBOT AYAM POTONG PETERNAK
DI KECAMATAN DAU, MALANG, JAWA TIMUR, ITU NAIK SAMPAI 2 KG/EKOR PADA UMUR 35
HARI. SEBELUMNYA 1,7 KG PER EKOR.
Sumber:
http://www.trubus-online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=8&artid=2039
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar